Sabtu, 30 Mei 2015

Kesehatan mental merupakan salah satu kajian yang menarik untuk dibahas. Hal ini bukan saja karena konsep itu penting bagi hidup secara individual maupun kommunal, namun yang amat penting jika dikaitkan dengan konteks kekinian yang serba global. Agama berfungsi sebagai terapi bagi jiwa yang gelisah dan terganggu, berperan sebagai alat pencegah terhadap kemungkinan gangguan kejiwaan dan merupakan faktor pembinaan bagi kesehatan mental pada umumnya (Daradjat, 1975: 80).

Agama dianggap sebagai sebuah aturan-aturan yang mutlak yang kental dengan sebuah pegangan hidup guna mencapai kebahagiaan hidup, dimana religiusitas yang akan mereka tonjolkan dalam kehidupan sehari-hari akan bisa dinilai dari aktifitas mereka dalam beragama. Keberagamaan ini muncul akibat kepercayaan seseorang terhadap agama, dimana agama berfungsi sebagai pedoman dalam bersikap dan bertingkah laku. Adapun fungsi paling mendasar dan universal dari semua agama adalah bahwa agama memberikan orientasi dan motivasi serta membantu manusia mengenal sesuatu yang bersifat sakral.

Kondisi mental memang sangat menentukan dalam hidup ini. Hanya orang yang sehat mentalnya sajalah yang dapat merasa bahagia, mampu, berguna dan sanggup menghadapi kesukaran-kesukaran atau rintangan-rintangan dalam hidup. Apabila kesehatan mental terganggu, akan tampaklah gejalanya dalam segala aspek kehidupan, misalnya perasaan, pikiran, kelakuan dan kesehatan.

Untuk membina kesehatan mental, baik pembinaan yang berjalan teratur sejak kecil, ataupun pembinaan yang dilakukan setelah dewasa, agama sangatlah penting. Seyogyanya agama menjadi unsur-unsur yang menentukan dalam konstruksi pribadi sejak kecil. Akan tetapi, apabila seseorang menjadi remaja atau dewasa tanpa mengenal agama, maka kegoncangan jiwa remaja akan mendorongnya ke arah kelakuan-kelakuan kurang baik (Daradjat, 1975: 78) 

Dalam Islam ada beberapa aspek yang menjadi inti dari sebuah ajaran Islam, diantaranya adalah aqidah, ibadah, rukun Islam dan rukun Iman, muamalah. Dari beberapa aspek tersebut ibadah menjadi utama dalam setiap tatanan kehidupan manusia, sebagai interaksi langsung antara manusia dengan Tuhannya yang dilakukan atas dasar keimanan. Dalam hal ini kadar beribadah shalat dan membaca Al-Qur'an merupakan hal yang memungkinkan untuk mengukur tingkat religiusitas mahasiswa yang dijadikan realisasi dari sikap taatnya kepada Allah SWT.


Thanks to:

Nina Widiana,2013. "HUBUNGAN ANTARA KADAR RELIGIUSITAS DENGAN KESEHATAN MENTAL".skripsi.STAIN SALATIGA.

Ancok Djamaluddin dan Suroso, Fuat Nashori. 1994. Psikologi Islami.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Untuk memenuhi tugas softkill kali ini, saya akan membahas mengenai depresi. seperti yang kita tahu bahwasanya banyak sekali istilah yang masih ada sangkut pautnya dengan depresi. semisal stress, gila, tekanan batin dll. sebenarnya memang gerbang utama depresi ini adalah setres salah satunya. ketikdakmampuan seseorang menghadapi stimulus yang kurang mengenakkan biasanya awal dari stres itu sendiri. ini pendapat pribadi saya.

Pengertian depresi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keadaan tertekan dan perasaan semangat menurun dengan ditandai muram, sedih, loyo; karena tekanan jiwa; keadaan merosotnya hal-hal yang berkenaan dengan semangat hidup (Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (Depdikbud), 1997).

Sedangkan menurut seorang ilmuwan yang bernama Rice, P. L. (1992) dalam Sabilla (2010), menurutnya depresi adalah gangguan mood, kondisi emosional berkepanjangan yang mewarnai seluruh proses mental (berpikir, berperasaan dan berperilaku) seseorang. Pada umumnya mood yang secara dominan muncul adalah perasaan tidak berdaya dan kehilangan harapan. Depresi ditandai dengan perasaan sedih yang psikopatologis, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju kepada meningkatnya keadaan mudah lelah yang sangat nyata sesudah bekerja sedikit saja, dan berkurangnya aktivitas.

Gejala-gejala depresi terdiri dari gangguan emosi, gangguan kognitif, keluhan somatik, gangguan psikomotor, dan gangguan vegetatif. Salah satu gejala depresi yang muncul adalah gangguan tidur yang bisa berupa insomnia, bangun secara tiba-tiba, dan hipersomnia. Hal ini disebabkan oleh gangguan neurotransmiter dan regulasi hormon. Selain sebagai gejala depresi, gangguan tidur juga bisa merupakan penyebab depresi. Beberapa penelitian memberikan hubungan gangguan tidur dapat meningkatkan risiko depresi di kemudian hari.



Beberapa faktor yang menyebabkan seseorang mengalami depresi (Riyawati, 2008 : 32) antara lain sebagai berikut :
  • Kematian seseorang yang dicintainya
  • Mengidap penyakit kronis
  • Terpisah dari lingkungan sosial dan merasa kesepian
  • Perceraian atau berpisah dan juga hubungan yang disertai dengan kekerasan
  • Ekonomi dan tekanan hidup lainnya (stress)
  • Hubungan keluarga yang renggang
  • Penurunan dalam hal kemampuan yang telah dimiliki
  • Perpindahan atau adanya perubahan gaya hidup, budaya dan lain-lain.

    Thanks to : 
    Wyn. Eko Radityo, DEPRESI DAN GANGGUAN TIDUR, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana
    e-book from http://eprints.undip.ac.id/44205/3/Yan_G2A009075_bab2KTI.pdf


Minggu, 29 Maret 2015

Seperti halnya di tiap-tiap semester perkuliahan sebelumnya, dalam tugas softkill kali ini saya beserta mahasiswa lainnya ditugaskan untuk membuat artikel terkait judul  di atas. Bagaimana sejarah perkembangan kesehatan mental? Apa arti sehat? Arti sehat mental dan juga perbedaan konsep kesmen barat dan timur. Materi di bawah ini didapat dari beberapa e-book yang berupa jurnal dan lain-lain.   Berikut penjabarannya:

I. Sejarah Kesehatan Mental
Pemahaman akan mental yang sehat tak dapat lepas dari pemahaman mengenai sehat dan sakit secara fisik. Berbagai penelitian telah mengungkapkan adanya hubungan antara kesehatan fisik dan mental individu, dimana pada individu dengan keluhan medis menunjukkan adanya masalah  psikis    hingga taraf gangguan mental. Sebaliknya, individu dengan gangguan mental juga menunjukkan adanya gangguan fungsi fisiknya. Sehat dan sakit merupakan kondisi biopsikososial yang menyatu dalam kehidupan manusia.
Pengenalan konsep sehat dan sakit, baik secara fisik maupun psikis merupakan bagian dari pengenalan manusia terhadap kondisi dirinya dan bagaimana penyesuaiannya dengan lingkungan sekitar. Gerakan Kesehatan Mental di masa lalu,  mencoba   memahami gangguan mental dan melakukan intervensi dalam berbagai bidang ilmu untuk mengatasinya. Seringkali tampil kurang manusiawi karena lebih mengedepankan pada aspek penyembuhan dan isolasi dari lingkungan yang dirasa lebih sehat.
Saat ini, telah terjadi pergeseran paradigma dalam Gerakan Kesehatan Mental yang lebih mengedepankan pada aspek pencegahan gangguan mental serta bagaimana peran komunitas dalam membantu optimalisasi fungsi mental individu.
Gerakan Kesehatan Mental berkembang seiring dengan adanya revolusi pemahaman masyarakat mengenai mental yang sehat dan cara-cara penanganannya, terutama di masyarakat barat. Adapuntahap-tahapan perkembangan gerakan kesehatan mental, yaitu:
1. TAHAP DEMONOLOGI (sebelum abad pertengahan)
Kesehatan mental dikaitkan dengan kekuatan gaib, kekuatan spiritual, setan dan makhluk halus, ilmu sihir, dan sejenisnya. Gangguan mental terjadi akibat kegiatan yang menentang kekuatan gaib tersebut. Sehingga bentuk penanganannya, tidak ilmiah dan kurang manusiawi, seperti: upacara ritual, penyiksaan atau perlakuan tertentu terhadap penderita dengan maksud mengusir roh jahat dari dalam tubuh penderita.





2. TAHAP PENGENALAN MEDIS (4 abad SM – abad ke-6 M)




Mulai 4 abad SM muncul tokoh-tokoh bidang medis (Yunani): Hipocrates, Hirophilus, Galenus, Vesalius, Paracelsus, dan Cornelius Agrippa, mulai menggunakan konsep biologis yang penanganannya lebih manusiawi. Gangguan mental disebabkan gangguan biologis atau kondisi biologis seseorang, bukan akibat roh jahat. Mendapat pertentangan keras dari aliran yang meyakini adanya roh jahat.





3. TAHAP SAKIT MENTAL DAN REVOLUSI KESEHATAN MENTAL
Mulai muncul pada abad ke-17: Renaissance (revolusi Prancis), dengan tokohnya: Phillipe Pinel. Mengutamakan: persamaan, kebebasan, dan persaudaraan dalam penanganan pasien gangguan mental di rumah sakit secara manusiawi. Terjadi perubahan dalam: pemikiran mengenai penyebab gangguan mental dan cara penanganan dan upaya penyembuhan. Tokohtokoh lain yang mendukung adalah :
a. William Tuke (abad 18), di Inggris: perlakuan moral pasien asylum
b. Benjamin Rush (1745-1813), di Amerika Serikat: merupakan bapak kedokteranjiwa Amerika
b. Emil Kraepelin (1855-1926), di Jerman: menyusun klasifikasi gangguan mental pertama
c. Dorothea Dix (1802-1887), di Amerika: mengajar dan memberikan bantuan  kemanusiaan kepada masyarakat miskin dan komunitas perempuan di penjara
d. Clifford Beers (1876-1943), di Amerika: pengusaha yang mendirikan gerakan       kesehatan mental di Amerika.
4. TAHAP PENGENALAN FAKTOR PSIKOLOGIS (Abad ke-20)
Merupakan Revolusi Kesehatan Mental ke-2: munculnya pendekatan psikologis (Psikoanalisa) yang mempelopori penanganan penderita gangguan mental secara medis dan psikologis. Tokoh utamanya adalah Sigmund Freud, yang melakukan: penanganan hipnose, katarsis, asosiasi bebas, analisis mimpi. Tujuannya adalah mengatasi masalah mental individu dengan menggali konflik intrapsikis penderita gangguan mental. Intervensi tersebut dikenal dengan istilah penanganan klinis (psikoterapi).
5. TAHAP MULTIFAKTORIAL
Mulai berkembang setelah Perang Dunia II. Kesehatan mental dipandang tidak hanya dari segi psikologis dan medis, tetapi melibatkan faktor interpersonal, keluarga, masyarakat, dan hubungan sosial. Interaksi semua faktor tersebut diyakini mempengaruhi kesehatan mental individu dan masyarakat. Merupakan Revolusi ke-3 Gerakan Kesehatan Mental dengan tokohnya: Whittingham Beers (buku ”A Mind That Found Itself”), William James, dan Adolf Meyer. Menurut pandangan ini, penanganan penderita gangguan mental, lebih baik dilakukan sejak tahap pencegahannya, yaitu:
a. pengembangan perbaikan dalam perawatan dan terapi terhadap penderita gangguan mental
b. penyebaran informasi yang mengarah pada sikap inteligen dan humanis pada         penderita gangguan mental
c. mengadakan riset terkait
d. mengembangkan praktik pencegahan gangguan mental.
  Adapun organisasi terkait yang berkembang, antara lain: Society for  Improvement The Condition of The Insane (London-1842) dan American       Social Hygiene Association (AS-1900).

II. Konsep Sehat
Dalam mendefinisikan kesehatan mental, sangat dipengaruhi oleh kultur dimana seseorang tersebut tinggal. Apa yang boleh dilakukan dalam suatu budaya tertentu, bisa saja menjadi hal yang aneh dan tidak normal dalam budaya lain, dan demikian pula sebaliknya.
Definisi sehat. Sehat (Health) secara umum dapat dipahami sebagai kesejahteraan secara penuh (keadaan yang sempurna) baik secara fisik, mental, maupun sosial, tidak hanya terbebas dari penyakit atau keadaan lemah. Sedangkan di Indonesia, UU Kesehatan No. 23/ 1992 menyatakan bahwa sehat adalah suatu keadaan sehat secara fisik, mental, dan sosial dimana memungkinkan setiap manusia untuk hidup produktif baik secara sosial maupun ekonomis. World Health Organization (WHO, 2001), menyatakan bahwa kesehatan mental merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu, yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara produktif dan menghasilkan, sertaberperan serta di komunitasnya.
Sehat sebagai kontinum. Kondisi sehat dan sakit pada manusia merupakan suatu kontinum, sehingga   sangat sulit    memberikan   batasan   yang jelas   saat melakukan evaluasinya.     Akan tetapi,   mengamati   fenomena  tersebut,   maka diyakini taraf kesehatan seseorang dapat ditingkatkan bahkan dioptimalkan. Hal inilah yang mendasari Gerakan Kesehatan Mental dewasa ini. Tidak hanya memandang bagaimana seseorang sembuh dari sakitnya, tetapi bagaimana meningkatkan taraf kesehatan seseorang menjadi lebih optimal.
Individu sehat mental. Pribadi yang normal/ bermental sehat adalah pribadi yang menampilkan tingkah laku yang adekuat & bisa diterima masyarakat pada umumnya, sikap hidupnya sesuai norma & pola kelompok masyarakat, sehingga ada relasi interpersonal & intersosial yang memuaskan (Kartono, 1989). Sedangkan menurut Karl Menninger, individu yang sehat mentalnya adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk menahan diri, menunjukkan kecerdasan, berperilaku dengan menenggang perasaan oranglain, serta memiliki sikap hidup yang bahagia. Saat ini, individu yang sehat mental dapat dapat didefinisikan dalam dua sisi, secara negatif dengan absennya gangguan mental dan secara positif yaitu ketika adirnya karakteristik individu sehat mental. Adapun karakteristik individu sehat mental mengacu pada kondisi atau sifat-sifat positif, seperti: kesejahteraan psikologis (psychological well-being) yang positif, karakter yang kuat serta sifat-sifat baik/ kebajikan (virtues), (Lowenthal, 2006).

III. Perbedaan Konsep Kesmen Barat Dan Timur
Sebenarnya Konsep kesehatan mental atau al-tibb al-ruhani pertama kali diperkenalkan dunia kedokteran Islam oleh seorang dokter dari Persia bernama Abu Zayd Ahmed ibnu Sahl al-Balkhi (850-934). Dalam kitabnya berjudul Masalih al-Abdan wa al-Anfus (Makanan untuk Tubuh dan Jiwa), al-Balkhi berhasil menghubungkan penyakit antara tubuh dan jiwa. Ia biasa menggunakan istilah al-Tibb al-Ruhani untuk menjelaskan kesehatan spiritual dan kesehatan psikologi.
Tetapi mungkin terjadi perkembangan konsep dari jaman ke jaman, sehingga terciptalah beberapa model barat dan timur yang memiliki perbedaan yang signifikan.



  • Model Barat
  1. Model Biomedis (Fruend, 1991)
     Dipengaruhi oleh filosofi Yunani (Plato&Aristoteles). Manusia terdiri dari tubuh dan jiwa. Ditambah dengan perkemb biologi, penyakit dan kesehatan semata-mata dihubungkan dgn tubuh saja. Semboyan: “Men Sana In Corpore Sano”.
Memiliki 5 asumsi: (Freund, 1991)
l  Tdp perbedaan nyata antara tubuh dan jiwa shg penyakit diyakini berada pada satu bagian tubuh tertentu.
l  Penyakit dapat direduksi pada gangg fungsi tubuh.
l  Penyakit disebabkan oleh suatu penyebab khusus yang secara potensial dpt diidentifikasi.
l  Tubuh seperti sebuah mesin.
l  Tubuh adalah objek yang perlu diatur dan dikontrol.
2.      Model Psikiatris (Helman, 1990)
     Penggunaan berbagai model untuk menjelaskan penyebab gangg mental.
     Model organik: menekankan pada perubahan fisik dan biokimia di otak.
     Model psikodinamik: berfokus pada faktor perkembangan dan pengalaman.
     Model behavioral: psikosis terjadi karena kemungkinan2 lingkungan.
     Model sosial: menekankan gangg dalam konteks performansnya.
  1. Model Psikosomatis (Tamm, 1993)
     Muncul karena ketidakpuasan dengan model biomedis.Dipelopori oleh Helen Flanders Dunbar (1930-an)
     Tidak ada penyakit fisik tanpa disebabkan oleh anteseden emosional dan sosial. Sebaliknya tidak ada penyakit psikis yang tidak disertai oleh simtom somatik.
     Penyakit berkembang melalui saling terkait secara b’kesinambungan antara faktor fisik dan mental yang saling memperkuat satu sama lain melalui jaringan yang kompleks.
  • Model Timur
   Bersifat lebih holistik (Joesoef, 1990).
  1. Holistik sempit
     Organisme manusia dilihat sbg suatu sistem kehidupan yang semua komponennya saling terkait dan saling tergantung.
  1. Holistik luas
     Sistem tersebut merupakan suatu bagian integral dari sistem2 yang lebih luas, dimana orginasme individual berinteraksi terus menerus dengan lingkungan fisik dan sosialnya, yaitu tetap terpengaruh oleh lingkungan tapi jg bisa m’ngaruhi dan mengubah lingkungan.
Konsep kesehatan mental atau al-tibb al-ruhani pertama kali diperkenalkan dunia kedokteran Islam oleh seorang dokter dari Persia bernama Abu Zayd Ahmed ibnu Sahl al-Balkhi (850-934). Dalam kitabnya berjudul Masalih al-Abdan wa al-Anfus (Makanan untuk Tubuh dan Jiwa), al-Balkhi berhasil menghubungkan penyakit antara tubuh dan jiwa. Ia biasa menggunakan istilah al-Tibb al-Ruhani untuk menjelaskan kesehatan spiritual dan kesehatan psikologi.

Thanks to:
Kartika sari dewi.(2012).buku ajar kesehatan mental.E-book. UPT UNDIP Press Semarang
Fida' Husain. (2011).KONSEP SEHAT DAN SAKIT PARADIGMA KEPERAWATAN CARING.E-book.UNDIP



M. FAKHRURROZI, M.PSI,PSI.kesehatan mental.ppt